“Bulan purnama.. Janganlah wajahmu muram.. Jangan biarkan sinarmu jadi temaram.. Kupastikan padamu aku baik-baik saja.. Luka ini bukanlah derita.. Karena nestapaku hanyalah satu kata.. Kehilanganmu”– Roman Picisan
“Tuhan izinkan ku berteriak.. Karena kau berikanku keberhasilan mutlak. Bulan purnama, terimalah kemenanganku.. Yang ku persembahkan hanya untukmu.. Ku percaya ini bukan hebatku.. Tapi karena pertolongan dari Tuhanku.. Tuhan kita..”– Roman Picisan
“Apa yang sudah kukatakan? Dengan pongah aku bicara kejujuran.. Padahal aku menyimpan kebohongan.. Sembunyikan romansa dengan bidadariku.. Biarkan purnamaku tertutup awan.. Karena mengakuinya mengundang amarah, Menghujamkan luka, di hati orang-orang Yang kami cinta..”– Roman Picisan
“Apa salahku? Kenapa kebersamaan kami selalu diganggu.. Kenapa masalah datang Mencuri kebersamaan dalam waktu.. Jangan pergi bidadariku Jangan biarkan ku sendiri tersedu..”– Roman Picisan
“Pak, harusnya kau kukagumi.. Sepatutnya kau kuidolakan.. Tapi justru kau hujani kami dengan pukulan.. Kau rampas senyum menjadi tangisan.. Pak, kau imam dalam rumah tangga.. Tapi kenapa kau harus membuat kami Tak berdaya.. “ – Karin
“Yang ku tahu aku cinta.. Tapi kau anggap teman saja.. Yang ku rasa ada getar jiwa.. Tapi kenapa kau tak merasa.. Haruskah aku teriakan rasa.. Ataukah.. Aku harus memendam selamanya..”– Karin
“Jangan minta ku ikat hatimu dengan benda Karena ku ingin mengikatnya dengan cinta Cincin itu memang menawan Tapi cintaku lebih mendalam Akan kuganti hikayat cintaku dengan umpama Karena cintaku.. Jauh lebih sempurna”– Roman Picisan
“Kami masih disini Menanti walaupun tak pasti Harapkan restu orang tua menghampiri Hilangkan semua keraguan hati Dukunglah kami wahai semesta Lindungi perjuangan ini Sang Maha Pencipta Agar restu ini nyata Agar cinta ini dapat terjaga”– Roman Picisan
“Badai besar itu datang tanpa ku undang.. Asaku luluh lantak.. Saat kulihat bidadariku marah.. Pondasi cintaku pun runtuh dalam sekejap.. Menyisakan puing penyesalan yang mendalam.. Wahai bidadariku.. Dengarlah harapan dari sisa keyakinanku.. Ku ingin cinta kita sekuat karang.. Jangan biarkan rindu terkikis.. Jangan biarkan harapan kita menipis..”– Roman Picisan
Pemeran di Film Roman Picisan
“Aku benci dengan nada tunggu di hp ku.. Membiarkanku dalam ketidakpastian.. Merebakkan kepedihan tanpa kepedulian.. Bidadariku.. Jawablah panggilanku.. Jangan menggantungku untuk mendengar suaramu.. Ku rindu dengar kau sebut namaku.. Ku nestapa tak mendengar tawamu..”– Roman Picisan
“Bulan purnamaku yang cantik Kenapa kau buatku tak berkutik Bidadari yang ku puja Kapan kau berikan maaf yang tenangkan jiwa Jangan pernah kau berpikir Aku akan menyerah Karena aku.. Tidak pernah kenal lelah Untuk kembali menggapaimu Untuk cairkan beku hatimu”– Roman Picisan
“Rasa apakah ini Perih mengiris hatiku Sakitnya menghujam jantungku Wahai bidadari pemikat jiwaku Tak pernah kusangka Begitu besar artimu Tak pernah ku mengira Diammu.. Merampas bahagiaku..”– Puisi Roman Picisan
“Sudah ku ucapkan maaf Tapi hatimu tetap keras Sudah kukatakan cinta Tapi kau tak peduli juga Apalagi.. Yang harus kulakukan wahai bidadari.. Masih adakah peduli untukku Di hati.. Atau sudah kau sapu bersih.. Dengan benci..”– Puisi Roman Picisan
“Ku ingin jadi alasan dibalik tawamu Bukan menjadi debu yang merebakkan air matamu Bidadariku.. Berikanlah sedikit waktu Akan kubuktikan padamu Rasaku tak pernah ingin menipu Ku mohon bertahanlah.. Jangan buat asaku menjadi patah”– Roman Picisan